Viscose Rayon dan Tren Slow Living: Melambat Agar Tak Terlambat

Apa yang paling berat bagimu saat melakukan deep cleaning di rumah? Terutama ketika tanpa sengaja ketika sedang bersih-bersih lalu menemukan tumpukan pakaian sewaktu kita kecil? Masih cukup bagus untuk dibuang, namun amat berharga sehingga pantas disimpan. Yang kemudian memunculkan kelebatan kenangan masa silam saat menyentuhnya. Antara sadar dan tidak, tapi kamu pasti menyadari baju-baju tersebut kebanyakan masih terlihat layak dan beberapa di antaranya ada kerusakan di sana-sini, tapi setelah sekian belas tahun, baju tersebut masih cukup utuh dan dalam keadaan yang baik.

Tetapi tahukah kamu? Bahwa pakaian berbahan dasar organik butuh waktu sekitar 2 hingga 20 tahun untuk terurai, sedangkan pakaian yang berbahan dasar rayon atau nilon membutuhkan waktu 20-100 tahun untuk benar-benar terurai. Hal ini menjadi alasan bahwa baju masa kecil kita yang tersimpan masih dalam keadaan baik. Baju-baju tersebut tidak lagi dipakai karena sudah tidak muat ketika kita mulai bertumbuh, seiring itu saat masih dalam masa pertumbuhan, kita cukup sering berganti ukuran pakaian dengan membeli cukup banyak pakaian yang akan kita kenakan sehari-hari.

Berdasarkan data, pertumbuhan industri fashion Indonesia pada periode kuartal tahun 2022 mengalami peningkatan sekitar 13,74%, yang jika dikonversikan ke rupiah menjadi sebesar 30,92 Triliun pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan peningkatan yang cukup besar pada daya beli masyarakat atas pakaian jadi. Dan tentunya akan sangat baik jika dilihat dari sudut pandang pertumbuhan ekonomi. Lalu pernahkah teman-teman berpikir tentang baju-baju yang sudah tidak terpakai lagi? Seperti halnya baju masa kecil yang tadinya sudah tidak muat, kemudian tersimpan begitu saja menanti dibuang?

Dibalik Meningkatnya Pertumbuhan Industri Fesyen, tersimpan Potensi Kerusakan Lingkungan yang Sama Besarnya

Dengan masa penguraian sampah pakaian yang cukup lama, serta pertumbuhan industri fesyen saat ini, dapat dibayangkan bahwa durasi atau lama pakainya menjadi semakin singkat. Jika kita mengikuti perkembangan fashion di media sosial, maka tanpa kita sadari perkembangan tren fashion pun menjadi lebih cepat.

Selang beberapa bulan, akan ada saja item fashion terbaru yang ditampilkan oleh para influencer atau content creator fashion. Dan dengan adanya beragam pilihan e-commerce serta pilihan pembayaran yang mudah, menjadikan proses transaksi pembelian pakaian baru menjadi lebih mudah dan cepat. Hal ini membuat setiap orang membeli banyak baju dalam satu tahun sehingga ada banyak pakaian yang kemudian tidak terpakai, dan akhirnya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir.

Jika teman-teman fikir yang dikhawatirkan hanya terkait limbah fesyen,tentu saja bukan. Yang menjadi concern oleh banyak aktivis lingkungan dan sustainable environment adalah keseluruhan proses dari hulu ke hilir yang menjadikan permasalahan ini semakin pelik.

Proses pembuatan bahan baku, pengolahan kain hingga menjadi pakaian, pendistribusian, hingga ke pengelolaan sampah ataupun limbahnya memiliki banyak potensi yang mengancam kehidupan, baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan. Hal-hal tersebut jika dapat diuraikan sedikit, dapat melibatkan para buruh yang gajinya bisa saja tidak layak dengan lingkungan kerja yang tidak sehat, proses pengolahan yang menggunakan sumber daya alam yang berlebihan hingga bahan kimia yang dapat merusak lingkungan.

Fiuuh, tugas kita berat ya, padahal hanya berbicara tentang pakaian. Benda yang mungkin sering kali kita beli dan gunakan sehari-hari yang tidak terlihat berbahaya sama sekali.

Mindfulness dalam menjalani gaya hidup yang mendukung sustainable living

Lalu adakah yang bisa kita lakukan sebagai sekumpulan manusia imut yang tidak mempunyai kekuatan cukup untuk merubah sistem yang sudah berjalan bertahun-tahun lamanya?

Ada, jika kita tidak bisa merubah sistem, kita bisa perlahan-lahan mengubah kebiasaan kita. Memulai beralih ke gaya hidup yang lebih lambat atau ‘slow living’ bisa menjadi salah satu solusi. Lalu apa sih gaya hidup ‘slow living’ yang mungkin akhir-akhir ini sering kita lihat dikampanyekan oleh banyak influencer atau konten kreator yang peduli terhadap lingkungan dan mental health?

Slow living is a mindset whereby you curate a more meaningful and conscious lifestyle that’s in line with what you value most in life. It means doing everything at the right speed. Instead of striving to do things faster, the slow movement focuses on doing things better.

slowlivingidn.com

Slow Living ini bukan berarti kita menjadi lambat dalam bekerja dan malas-malasan ya. Slow Living lebih kepada bagaimana kita fokus dalam menyelesaikan pekerjaan dengan tepat tanpa tergesa-gesa, mindful atas apa yang kita konsumsi, kenakan, bahkan dalam memilih alat yang dapat membantu kita. Sebagian besar orang yang menerapkan slow living juga memperhatikan proses pembuatan atas apa yang mereka konsumsi dan kenakan.

And in my humble opinion, this kind of lifestyle secara tidak langsung dapat mendukung sustainability dari berbagai aspek. Mereka akan mengkonsumsi makanan yang sehat untuk menjaga tubuh mereka tetap sehat, memperhatikan bahan pakaian yang akan mereka beli dan kenakan agar masa penggunaannya lebih lama dan awet. Memilih gadget yang juga bisa awet digunakan dalam waktu lama namun tetap mendukung produktivitas mereka.

Dalam dalam ranah sustainable living, orang-orang yang menerapkan gaya hidup lambat cenderung tidak memilih produk-produk fast fashion karena alasan sosial dan juga sustainability. Mereka aware akan resiko kerusakan lingkungan dan sosial yang ada disebalik industri ini.

Mulai dari Bijak Memilih Bahan Pakaian yang Kita Kenakan

Kenapa harus pakaian? Seharusnya kan pakaian tidak terlalu berbahaya untuk lingkungan? Bahkan banyak orang yang memakai baju sampai jelek dan dengan masa penggunaan yang cukup lama. Tidak salah memang, tetapi banyak juga orang yang hanya memakai baju satu baru satu kali terus bosan dan beli baru lagi. Padahal kan dalam proses produksi sehelai pakaian dapat melewati beberapa proses yang menghasilkan jejak karbon yang cukup besar.

Dan industri pakaian saat ini juga banyak menggunakan bahan dari nylon ataupun polyester yang dapat melepaskan mikroplastik pada proses pencucian yang diakhir dapat mencemari tanah dan air.

Melihat hal ini, ada banyak pengusaha fashion lokal yang mulai memperhatikan bahan yang mereka gunakan untuk membuat pakaian, diiringi dengan tumbuhnya kesadaran atas dampak buruknya industri fast fashion terutama dikalangan gen z. Well, Haill Gen Z for their awareness!

Salah satu jenis kain yang bisa jadi pilihan untuk pakaian yang bisa kamu kenakan adalah Viscose Rayon. Berbeda dengan Rayon pada umumnya, Viscose Rayon terbuat dari serat kayu yang tentunya aman buat kulit dan juga memiliki tekstur yang halus.

Viscose Rayon dan Sustainable Fashion

Viscose Rayon atau Rayon Viscose adalah adalah jenis serat tekstil yang terbuat dari serat selulosa yang terdapat pada pulp kayu. Meski terbuat dari serat selulosa kayu, tekstur dari viscose tidak kalah nyaman dengan kain yang terbuat dari cotton. Dengan harga yang lebih murah, warna yang tidak mudah luntur, menjadikan bahan viscose rayon pilihan terbaik untuk salah satu pakaianmu.

Keunggulan viscose rayon adalah:

  • Dapat terurai secara alami dengan baik
  • Memiliki tekstur menyerupai sutra namun mampu menyerap kelembaban dengan baik
  • Menyerap dan mempertahankan warna kain lebih baik

Mungkin banyak yang bertanya-tanya mengapa viscose dapat menjadi pilihan, terutama Viscose yang di produksi oleh Asia Pacific Rayon (APR) salah satu unit bisnis dari Royal Golden Eagle.

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, berbicara tentang sustainable fashion maupun sustainable living tidak dapat dari satu sisi saja, seperti bahan yang awet dan tahan lama untuk digunakan. Ketika dibawa ke ranah industri atau bisnis, sustainable berarti berbicara dari berbagai aspek. Mulai dari bagaimana cara mendapatkan bahan baku, bagaimana proses pembuatannya, bagaimana proses pengelolaan limbahnya, sampai bagaimana manajemen karyawannya.

Lalu apa yang menjadikan produk viscose rayon dari APR berbeda?

Viscose yang diproduksi oleh APR didapat dari pohon yang ditanam di perkebunan yang dikelola secara berkelanjutan oleh APRIL dan mendapatkan sertifikasi independen, melalui badan internasional PEFC (Program Persetujuan Sertifikasi Hutan) yaitu sebuah badan non profit yang mengkampanyekan tentang pengelolaan hutan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa poin tentang mengapa viscose rayon dari APR adalah pilihan terbaik untuk mendukung sustainable fashion.

  • Produksi Bahan Mentah yang sustainable
    Hal ini berarti bahwa bahan mentah yang nantinya diproses untuk mendapatkan selulosa serat kayu diproduksi dengan dampak yang minimal terhadap lingkungan dan, telah berkomitmen untuk mencapai nol emisi dari penggunaan lahan melalui integrasi vertikal dengan pemasok bahan mentah utama yaitu APRIL, untuk mengurangi separuh intensitas karbon produk APR per ton produksi viscose per tahun.
  • Sertifikasi Resmi dari TUV Austria
    Pada tahun 2021 lalu, Asia Pacific Rayon secara resmi mengkonfirmasi bahwa viscose rayon mereka dapat terurai secara alami dan aman bagi tanah serta air. Pengujian dilakukan oleh laboratorium penelitian independen sistem limbah organik dan hasilnya menunjukkan bahwa serat stapel viscose APR telah dianugerahi label internasional OK biodegradability WATER dan OK biodegradability SOIL oleh lembaga sertifikasi terakreditasi, TUV Austria.
  • Impactful action
    Penting untuk melihat dampak yang lebih luas dari sebuah perusahaan terhadap komunitas lokal. Selain menciptakan lapangan kerja baru, APR juga bertujuan untuk memberikan dampak positif terhadap wilayah tempat mereka beroperasi. Salah satu program yang mereka jalankan adalah dengan bermitra dengan produsen kain batik tradisional, untuk membantu menggunakan bahan viscose dan pewarna alami yang ramah lingkungan.

Melibatkan Penggiat Wastra Nusantara dan Sustainable Fashion Enthusiast di Indonesia

Bukan hanya proses pengelolaan dan produksi viscose rayon saja yang berkelanjutan tetapi program kerjasama yang dilakukan oleh APR tidak hanya menyasar produsen textile konvensional biasa tetapi juga penggiat wastra dan budaya lokal.

Kerjasama bukan hanya dari sisi publikasi ataupun endorse, tapi juga sekaligus memperkenalkan viscose rayon sebagai salah satu bahan pilihan yang bisa jadi pilihan bahan kain di industri ini. Hal ini tentunya karena viscose dapat digunakan untuk beragam textile dan pakaian. Kerjasama dengan beberapa Brand Fashion yang ada di Indonesia juga beberapa kali di lakukan oleh APR, ini tentunya dalam menjaga geliat ekosistem pertumbuhan fashion namun dengan tetap menjaga keberlangsungannya.

Teman-teman mungkin sadar kalau jenis pakaian tradisional yang ada di Indonesia rata-rata dibuat dengan cara ditenun dan memiliki warna-warna cerah tetapi dengan bahan yang cenderung kaku dan sering kali terasa kurang nyaman. Dengan karakteristik yang selembut sutra serta sejuk di kulit menjadikan serat viscose cocok untuk dijadikan produk rajut atau tenun yang nyaman dikenakan.

Salah satu Penggiat Wastra Nusantara yang mendapatkan bantuan dan kerjasama dari APR adalah Batik Seruni di Kabupaten Siak – Provinsi Riau. Saat ini, Batik Seruni telah menjadi salah satu UMKM yang berhasil mengembangkan usahanya. APR bekerjasama dengan Asosiasi Perstektilan Indonesia (API) membantu memberikan beragam pelatihan bagi beberapa kelompok batik yang dinaungi oleh APR.

Go for Slow Living dan Mulai dengan Caramu!

Jadi, meski kita adalah kelompok manusia imut yang tidak punya kekuatan untuk mengubah sistem, tapi kita punya kemampuan untuk menentukan gaya hidup kita. Apakah kita ingin turut berperan dalam sustainability dengan memilih fokus menjalankan slow living dan slow fashion atau tidak peduli sama sekali.

Perusahaan Besar Seperti RGE saja dengan beragam unit usahanya mengoperasikan bisnisnya dengan filosofi 5 C, yaitu melakukan apa yang baik bagi Community, Country, Climate and Customer, yang tentunya akan memberikan dampak yang baik juga bagi perusahaan.

Dan last but not least salah satu program yang menurutku paling unik dari beragam program APR yang ada adalah Follow Our Fibre ini adalah fitur atau program yang bisa digunakan oleh user. Fungsinya adalah memungkinkan ketertelusuran yang transparan melalui blockchain untuk memastikan sumber daya yang berkelanjutan di seluruh rantai pasokan viscose dan ini bisa dengan mudah diakses oleh masyarakat maupun konsumen APR.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *