Pesona Nyarai dan Pensiunnya Para Pembalak Liar

“Jika tangan merubah takdir, bukit menjelma taman surgawi, kuyakin engkaulah tangan itu

Jika mata air mengalir, sudahi pekik pohon tua menjerit, dikaulah mata air itu”

– Dialog Dini Hari: Pohon Tua Bersandar

Sosok Ritno Kurniawan adalah salah satu ‘tangan merubah takdir’ itu. Sepulangnya dari perantauan di tanah Jawa, Ritno menelusuri keindahan kampungnya sendiri di Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Hampir sebulan beliau kerap bersepeda mengelilingi kampungnya, mencoba mencari tahu keindahan-keindahan tersembunyi yang ada disana. Sampai akhirnya Ritno bertemu kembali dengan salah seorang sahabat lamanya Firdaus. Kepadanya Ritno menceritakan apa yang diangan angankannya tentang potensi wisata di kampung mereka.

Beberapa waktu setelahnya, Firdaus yang dulu merupakan senior Ritno di kegiatan Pramuka setuju untuk menemaninya menelusuri keindahan-keindahan tersembunyi yang ada di Lubuk Alung. Mereka pun mendatangi satu persatu lokasi wisata yang sudah dikenal masyarakat sebelumnya. Hingga kemudian mereka bertemu dengan pak Edi, salah seorang warga yang menginformasikan tentang keberadaan air terjun didalam hutan yang disebutnya Air Terjun Belek.

Namun sayang, respon netizen tidak terlalu bagus akan Air Terjun Belek setelah Ritno mempostingnya di sosial media miliknya. Tapi, pantang surut layar terkembang. Ritno dan Firdaus tak putus asa mencari informasi lainnya. Hingga akhirnya Pak Edi kembali menghubungi mereka dan memberitahukan tentang sebuah air terjun cantik yang terletak di dalam hutan Gamaran.

Beberapa waktu kemudian Ritno dan beberapa teman pun berangkat ke dalam hutan Gamaran ditemani oleh pak Edi. Setelah melakukan perjalanan dengan medan yang bisa dibilang tidak ringan akhirnya mereka pun sampai dilokasi yang dituju.

Air Terjun Nyarai. Photo taken by Ritno Kurniawan

Keindahan Nyarai sungguh memanjakan mata. Bak bidadari dengan paras menawan dan senyum yang mempesona, membuat Ritno dan teman-temannya yang hari itu ikut berangkat tak ingin cepat-cepat meninggalkan lokasi air terjun tersebut. Mereka ingin menikmati keindahan tersebut lebih lama.

Dan benar saja, pesona Air Terjun Nyarai tidak hanya memikat Ritno dan teman-temannya yang saat itu datang kesana, tetapi juga mampu memikat banyak mata netizen yang singgah di akun sosial media milik Ritno dan mempertanyakan lokasi Nyarai tersebut setelah dia memposting foto kawasan tersebut.

 

Meminang Sang Bidadari

Ritno dan teman-temannya menyadari betul potensi wisata yang dimiliki hutan Gamaran, maka tekad mereka untuk mengelola potensi wisata tersebut bak meminang bidadari. Butuh banyak pendekatan dan memakan cukup banyak waktu. Penolakan dan ancamanpun datang dari masyarakat yang berprofesi sebagai pembalak liar. Mereka merasa jika kegiatan Ritno ini terlaksana dapat mengganggu kegiatan penebangan pohon yang biasa mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Usaha Ritno dan teman-teman memakan waktu sekitar enam bulan untuk melakukan pendekatan-pendekatan ke ninik mamak dan masyarakat. Silaturahmi-silaturahmi mereka jalin untuk mendapatkan hati penduduk setempat yang awalnya berfikir bahwa kegiatan Ritno adalah ancaman bagi usaha mereka dalam mencari makan.
Pertemuan demi pertemuan mereka hadiri demi meyakinkan ninik mamak dan masyarakat bahwa kegiatan yang akan mereka laksanakan tidak akan mengganggu aktivitas masyarakat di hutan melainkan mampu menambah mata pencaharian mereka. Kesabaran demi kesabaran Ritno dan teman-temannya pupuk didalam hati karena mereka yakin bahwa kegiatan ini tidak hanya mampu melindungi hutan Gamaran tapi juga bisa meningkatkan nilai hidup masyarakatnya. Dan pada akhirnya setelah kurang lebih satu tahun masa Ritno dan teman-temanpun mendapatkan dukungan penuh untuk meminang ‘Sang Bidadari’.
Suasana pertemuan dengan masyarakat setempat. Pict by: Ritno Kurniawan

Memperkenalkan sang Bidadari

Setelah mendapatkan dukungan dari ninik mamak dan masyarakat setempat, Ritno dan teman-temannya pun mulai menyusun rencana pengelolaan wisata dan mulai memperkenalkan keindahan Air Terjun Nyarai ke masyarakat luas. Salah satunya dengan memanfaatkan kegiatan Tour De Singkarak 2013 yang merupakan ajang internasional yang diselenggarakan oleh pemerintah Sumatera Barat.
Berbekal brosur yang mereka cetak dengan biaya sendiri, Ritno dan teman-teman berpencar untuk memperkenalkan Air Terjun Nyarai kepada masyarakat yang hadir untuk menyaksikan event tersebut, hingga menemui panitia kegiatan untuk menceritakan keindahan sang bidadari. Tak cukup disitu, Ritno dan teman-teman juga melakukan pendekatan ke Dinas Pariwisata Kabupaten Padang Pariaman dimana kedatangan mereka ternyata disambut dengan sangat baik.
Kekuatan media sosial untuk menjangkau perhatian masyarakat lebih luas pun mereka lakukan. Postingan-postingan foto selama mereka mengunjungi Nyarai kerap mereka sebar di media sosial. Bahkan Ritno sampai membuat blog mengenai Lubuk Aluang dan rajin berkicau di twitter untuk terus memperkenalkan potensi wisata di Hutan Gamaran tersebut.

“Dia menemani setiap musim berganti, Dia kekasih hati sang Bumi”

 -Pigmy Marmoset: Cerita Tentang Pohon

Pensiunnya Para Pembalak Liar

Ketika sebuah objek wisata diperkenalkan dan menarik minat pengunjung maka tugas bukannya selesai, justru semakin bertambah. Pada awalnya Ritno dan teman-teman tidak memungut biaya kepada tamu yang mengunjungi Nyarai. Mereka hanya diminta untuk memberitahukan Objek Wisata Nyarai kepada teman-temannya sebagai bagian dari promosi. Setelah pengunjung bertambah, mereka kemudian diminta memberikan sumbangan seadanya untuk membayar pemandu yang menemani mereka menuju ke titik air terjun.
Perlahan namun pasti, pengunjung pun semakin meningkat maka Ritno mulai merekrut masyarakat untuk menjadi pemandu wisata. Masyarakat yang bergabung menjadi pemandu kemudian diberikan pembekalan mengenai cara registrasi pengunjung dan cara memandu yang baik. Sistem administrasi dan manajemen pengelolaan wisata pun dibenahi untuk meningkatkan pelayanan dan kinerja di lapangan.

“Kami berupaya menyadarkan mereka bahwa kegiatan di hutan tidak akan selamanya bertahan”

-Ritno Kurniawan

Setelah konsep dan segala sesuatunya matang, Ritno dan teman-teman kemudian membentuk kelompok sadar wisata yang diberi nama L.A Adventure pada Agustus 2013. Dan mereka pun makin konsisten berjualan paket wisata. Seiring berjalannya waktu, mereka  mulai merapikan struktur organisasi, merapatkan barisan hingga meningkatkan kegiatan wisata yang sudah beberapa bulan mereka jalani.
Seiring berkembangnya kegiatan wisata di hutan Gamaran kegiatan penebangan kayu secara ilegal terus menurun. Pada awalnya sekitar delapan puluh persen masyarakat di Gamaran berprofesi sebagai penebang atau pembalak liar. Dengan meningkatnya wisatawan ke Nyarai membuat sebagian masyarakat beralih dengan berjualan di warung dan sebagian lain menjadi pemandu.
Terhitung sejak dimulainya kegiatan wisata di Gamaran pada 2013, sudah ada sekitar dua puluh warung yang buka disekitar lokasi wisata. Dan hingga saat ini telah ada sekitar 170 pemandu wisata tergabung di L.A Adventure dan banyak diantara mereka adalah bekas pembalak liar yang telah merasakan manfaat ekonomi dari kegiatan wisata di Gamaran. Dengan menjadi pemandu wisata mereka bisa mendapat Rp 80.000,00 per hari, dan jika menjadi pemandu kemping mereka akan mendapat Rp 150.000,00 perhari. Hal ini tentu lebih menguntungkan dibandingkan sewaktu mereka menjadi pembalak dimana mereka hanya mendapat upah sekitar Rp 150.000,00 per minggu.
Para Pemandu. Photo By: Ritno Kurrniawan

“Perencanaan pariwisata yang partisipatif berkaitan dengan upaya mengikutsertakan anggota masyarakat dalam pengambilan keputusan, adanya partisipasi masyarakat lokal untuk menerima manfaat dari kegiatan pariwisata dan pendidikan kepariwisataan bagi masyarakat lokal”– Albeit Western Perspectif

Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia

Enam puluh tahun sudah Astra menjadi bagian dari pembangunan bangsa ini. Dan sejak 1957 sepanjang perjalanannya Astra selalu mendedikasikan karyanya untuk kemajuan bangsa Indonesia, sejalan dengan salah satu butir Catur Dharma Astra “Menjadi Milik yang Bermanfaat bagi Bangsa dan Negara”.
Catur Dharma Astra
Dan dalam enam puluh tahun perjalanan itu jua Astra ingin mengapresiasi anak-anak muda Indonesia yang berdedikasi tinggi untuk bangsa dalam kesunyian. Tidak hanya sampai pada apresiasi terhadap kinerja mereka, namun juga memberikan kontribusi lebih mulai dari dana pembinaan dan mendampingi pengembangan kegiatan selanjutnya.
Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia merupakan langkah nyata dari Grup Astra untuk berperan aktif, serta memberikan kontribusi meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia melalui karsa, cipta dan karya terpadu untuk memberikan nilai tambahan bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Maka selaras dengan semangat tersebut serta seiring dengan semangat Sumpah Pemuda , PT. Astra Internasional Tbk mempersembahkan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards bagi generasi muda Indonesia yang tak kenal lelah memberi manfaat bagi masyarakat di seluruh tanah air. Apresiasi tersebut diberikan kepada lima anak bangsa atas setiap perjuangan di bidang: Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, Kesehatan, Teknologi dan Satu kelompok yang mewakili kelima kategori tersebut.
Dan Ritno Kurniawan merupakan salah satu penerima apresiasi tersebut di tahun 2017 ini kategori bidang Lingkungan. Ini tentunya merupakan buah atas dedikasi Ritno dan teman-temannya yang tanpa lelah berupaya untuk melindungi hutan dan keindahan Gamaran serta mampu membina masyarakat untuk kemudian meninggalkan pekerjaan mereka sebelumnya sebagai pembalak liar.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka”
– Al-Ra’d 13:11

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *