Beberapa waktu yang lalu aku menghadiri sebuah webinar oleh Omar Niode Foundation dengan tajuk makanan ramah iklim. Sejenak dahiku berkerut, apa hubungannya antara makanan yang kita konsumsi dengan perubahan iklim?. Bukannya makan yaa makan saja, perubahan iklim itu karena penebangan hutan atau efek buruk dari menipisnya lapisan ozon?
Tapi ternyata sangkaanku tentang tidak ada hubungannya antar makanan dengan perubahan iklim adalah salah besar. Ternyata industri pembuatan makanan khususnya fast food memiliki peran dalam perubahan iklim. Jika ditilik lebih lanjut dari sebungkus snack sudah berperan dalam penyebaran sampah plastik yang susah terurai dan tentunya mempengaruhi percepatan perubahan iklim di bumi.
Omar Niode Foundation, salah satu organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang peningkatan kualitas sumber daya manusia, citra budaya, dan kuliner nusantara khususnya Gorontalo beberapa waktu lalu mengadakan Talkshow tentang Makanan Ramah Iklim sekaligus peluncuran e-book “Memilih Makanan Ramah Iklim +39 Resep Gorontalo”. Dalam acara itu muncul pembahasan yang cukup membuatku takjub bahwa ternyata makanan tradisional adalah makanan yang ramah lingkungan.
Event yang berlangsung secara daring itu tak hanya menampilkan pembicara dari Omar Foundation, tetapi juga menghadirkan om William Wongso, salah satu legenda kuliner Indonesia.
Om William Wongso bercerita tentang pengalaman beliau selama berkecimpung di dunia Kuliner Indonesia dan tentang betapa makanan tradisional kita memiliki potensi yang sangat besar untuk ditampilkan pada kegiatan besar di luar negeri.
Beliau juga sempat membahas tentang betapa peluang-peluang tentang bagaimana makanan Indonesia bisa dikenal dunia adalah dengan memberikan tampilan yang sesuai pada tempat, acara dan lokasi dimana makanan tersebut disajikan, dan yang terpenting juga adalah siapa dan bagaimana budaya festive di kalangan tertentu.
Talkshow Makanan Ramah Iklim
Pada talkshow yang berlangsung selama kurang lebih dua jam itu, ibu Amanda Katili menjelaskan bahwa kebiasaan manusia sehari-hari ternyata memberikan dampak yang cukup signifikan pada perubahan iklim. Bisa dibilang bahwa permasalahan sampah plastik, proses produksi makanan, hingga industri fashion saat ini telah mengantarkan kita pada banyaknya bencana yang menjadi salah satu dampak dari perubahan iklim itu sendiri.
Tapi bukan berarti kita tidak dapat menghambat laju pemanasan global saat ini. Jika kita memang tidak bisa untuk ikut terjun kelapangan atau ikut masuk mengawasi pengelolaan wilayah hutan, kita bisa memulainya dengan mengubah perilaku kita sehari-hari. Sesederhana mengurangi konsumsi makanan cepat saji dan kembali menyuguhkan makanan tradisional daerah kita masing-masing untuk keluarga.
Tentang Omar Niode Foundation
Organisasi Nirlaba ini sesungguhnya sudah menerbitkan 15 buku sebelumnya. Salah satunya adalah “Trailing the Taste of Gorontalo” yang meraih Gourmand World Cookbook Award, Best of The Best 1995 – 2020 kategori Food Heritage.
Omar Niode Foundation sendiri sudah beberapa kali bekerjasama dengan beberapa pakar dan pecinta kuliner baik dalam dan luar negeri. Serta Aktif dalam berbagai organisasi seperti Food Blogger Nasional juga Food Future Assotiation.
Pada kesempatan itu juga Omar Niode Foundation meluncurkan sebuah E-Book mengenai Makanan Ramah iklim yang dilengkapi denng 39 Resep Gorontalo. Buku ini ditulis oleh ibu Amanda Katili Niode bekerjasama dengan Zahra Khan seorang Ahli Teknologi pangan pada minggu lalu.
Lewat buku ini ibu Amanda ingin menyampaikan kepada masyarakat untuk memilih makanan ramah iklim, itu kenapa ada 39 Resep Ramah iklim dari Gorontalo yang bisa kita coba untuk membuatnya.
Dan kalau kamu mau, kamu juga bisa berpartisipasi untuk mengurangi percepatan perubahan iklim dengan memulai memilih makanan yang layak dikonsumsi pun ramah lingkungan.
Omar Niode Foundation mengadakan webinar ini jujur buat aku salut dgn materinya. Sudah di era ini orang-orang berlomba membuat makanan cepat saji, justru organisasi ini menjadi pengingat buat kita semua untuk terus menjaga makanan tradisional yg harus mendunia.
Langkah kecil kita memang sangat berarti buat keberlangsungan alam saat ini.
Memang, pas baca judulnya rada bingung kenapa makanan bisa menjadi perusak lingkungan. Ternyata, setelah kak Ath jelasin ternyata bener juga. Kalau disadari, ada banyak banget yg saat ini sudah membuat alam ini semakin merasa kesakitan.
Semoga dgn adanya tulisan dan gerakan ini dapat menyadarkan banyak org tentang pentingnya menjaga keberlangsungan lingkungan untuk masa mendatang.
Wah seru nih dapat ilmu tentang ramah iklim. Btw jadi penasaran dengan 39 Resep Ramah iklim dari Gorontalo nih kak, share satu dong hehe 😊
Waw! Traditional recipe! Vina mau cobaaaaaaaaaaaaak. Kadang suka bosen sama resep-resep yang umum ada di internet. Nyobain resep yang begini, seru kali ya..
Ternyata penting juga memilih makanan yang ramah iklim untuk kelestarian lingkungan ya kak. Ilmu baru banget buat aku Sebagai pecinta masakan tradisional.
Yok kak, coba kita masak2 masakan ramah iklim. Kangen masakan kakak nih