Madu bukanlah hal yang asing dan sulit ditemui. Kita bisa mendapatkannya dengan beragam varian dan harga di pasar-pasar swalayan yang tidak jauh dari rumah. Bahkan ada beberapa teman yang menjadikan ternak madu sebagai salah satu mata pencahariannya.
Ya, begitulah mungkin banyak dari kita yang tidak khawatir kehabisan madu karena tak sulit untuk membelinya. Tapi ternyata, keberadaannya ternyata tak semudah itu didapat. Bahkan ada beberapa jenis madu yang tidak dapat diternakkan begitu saja.
Sialang dan Apis Dorsata yang Mendiaminya
Apis Dorsata yang juga dikenal dengan lebah madu raksasa merupakan jenis lebah madu asia yang habitatnya berada di hutan.
Wikipedia
Aku berkenalan dengan Apis Dorsata ini sekitar enam tahun yang lalu, saat masih tergabung di sebuah komunitas pecinta budaya yang ada di kota ku. Saat itu, setelah sebuah event terkait peringatan Hari Pusaka Sedunia selesai, salah seorang rekan kami yang datang dari Kampar menawarkan trip panen madu. Penasaran, akhirnya aku dan beberapa temanpun sepakat untuk menerima tawaran tersebut.
Pada hari yang sudah ditentukan, kami pun berangkat ke Desa Rantau Kasih, Kampar Kiri Hilir, Kampar-Riau. Berjarak kurang lebih dua jam dari kota Pekanbaru, aku dan beberapa teman sudah diwanti-wanti untuk mengenakan pakaian yang sesuai untuk masuk kedalam hutan.

Setelah sampai ternyata kami tak langsung diajak masuk ke dalam hutan, karena hari sudah cukup siang kami ditawarkan untuk makan siang dulu yang telah disiapkan oleh masyarakat setempat. Tak menolak, kamipun menerima tawaran tersebut dengan senang hati. Bagaimana tidak, kesempatan mencicipi makanan masyarakat yang ada disana adalah kesempatan langka.

Karena Desa Rantau Kasih ini berada tak jauh dari aliran sungai, maka menu masakannya juga diolah dari ikan yang menjadi salah satu komoditas dari sungai disana. Siang itu kami melahap nasi hangat dengan sajian gulai ikan Tokang dan umbut rotan berikut sambal terasi, duh nikmatnya.
Setelah makanan yang disajikan sudah berpindah dari piring ke dalam perut. Kamipun melanjutkan perjalanan menuju kedalam hutan dimana batang atau pohon Sialang tempat Apis Dorsata membuat sarang.
Menuju Daerah Kepungan Sialang
Ternyata tak letak hutan yang kami tuju tidak terlalu jauh dari rumah warga tempat kami singgah untuk makan siang. Aku baru sadar kalau pemukiman warga terletak dipinggiran hutan.
Sialang sendiri adalah sejenis pohon hutan yang berbatang keras dan tingginya bisa mencapai 80 meter dan tumbuh tak jauh dari sungai. Dan sampai sekarang Apis Dorsata ini hanya mau membuat sarang pada pohon-pohon tinggi yang berada didalam hutan. Hal ini tentunya membuat produksi madu sialang akan sangat bergantung dengan keberadaan hutan.
Setelah berjalan cukup jauh, kami akhirnya sampai didaerah kepungan sialang (tempat lebah madu bersarang di beberapa pohon sialang) dimana panen madu dilakukan. Jauh sebelum kami benar-benar sampai dipohon Sialang yang dimaksud, kelompok petani madu yang memandu kami membagi peserta menjadi beberapa grup. Kebetulan waktu itu yang ikut trip panen madu tak hanya aku dan teman-temanku, tetapi ada juga siswa siswi dari sekolah kejuruan setempat yang juga bergabung.
Pembagian kelompok pun dilakukan untuk membagi massa agar tidak terlalu ramai berada di area panen madu. Karena panen madu yang dilakukan oleh kelompok tani ini tidak menggunakan asap atau api untuk menghalau para lebah, melainkan langsung memanjat pohon dengan sarang lebah yang siap panen dengan menggunakan pakaian pelindung agar tak disengat oleh lebah-lebah raksasa ini. Dan akan sangat berbahaya jika pengunjung tidak diatur dengan baik.

Teknik pemanenan yang dilakukan adalah dengan memanjat pohon kemudian memotong beberapa bagian sarang lebah yang dipanen. Sarang lebah yang dipanen tidak dihabiskan semua, tetapi ditinggalkan beberapa bagian pada dahan pohon. Hal ini bertujuan agar para lebah tadi tidak pergi dan pindah dari tempatnya bersarang. Sehingga mereka akan kembali dan dalam beberapa bulan kedepan sarang baru sudah siap dipanen.
Menurut kelompok tani lokal yang membawa kami, teknik ini lebih efektif daripada mengusir lebah-lebah tersebut dari sarangnya menggunakan asap ataupun api. Karena setelah dipanen, durasi para lebah kembali dan membangun sarang baru terhitung lebih cepat ketimbang dengan teknik diasapi, sehingga proses pemanenan dalam setahun akan lebih banyak.



Madu Sialang yang Bergantung pada Hutan
Dari para petani kami mengetahui bahwa tujuan dari diadakannya trip tersebut ialah untuk mengedukasi mengenai habitat lebah Apis Dorsata ini yang hanya mau membuat sarang pada batang-batang pohon tertentu di dalam hutan. Hal ini tentunya menjadikan keberadaan hutan sangat penting untuk menjaga habitat dari lebah ini.
Dan tentunya konversi hutan-hutan yang ada menjadi kawasan perkebunan salah satunya kebun kelapa sawit secara tidak langsung juga mengancam mata pencaharian para petani madu yang ada di Desa Rantau Kasih ini. Padahal sesungguhnya hasil hutan itu tidak hanya kayu, tetapi ada beberapa lainnya yang nilainya justru lebih baik dari kayu itu sendiri.

Madu salah satu pilihan dalam merawat kecantikan dan kesehatan
Kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
An-Nahl ayat 69
Sudah bukan rahasia jika madu sudah menjadi bagian dari perawatan kecantikan banyak wanita di dunia. Memasukkan madu sebagai salah satu komposisi dalam beragam produk perawatan tubuh bukanlah hal yang aneh lagi saat ini. Bahkan rutin mengkonsumsi madu menjadi salah satu cara untuk menjaga daya tahan tubuh.
Aku pribadi sebenarnya lebih memilih jenis madu hutan atau madu sialang untuk konsumsi harian. Namun sayang ketersediaan madu sialang ini agak sedikit langka. Beberapa waktu yang lalu daku sempat bertanya tentang keberadaan kelompok tani yang dulu sempat membawa kami pada trip panen madu, kabarnya sejak kabut asap yang cukup parah beberapa tahun lalu, membuat banyak Apis Dorsata yang meninggalkan pohon-pohon Sialang dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat mereka kembali. Belum lagi jumlah keberadaan kebun sawit milik perusahaan yang bertambah membuat kawasan kepungan sialang semakin mengecil.
Padahal untuk memperpendek rentang masa panen, para petani sudah tidak lagi menggunakan tehnik panen madu yang menggunakan asap dan api.

Semoga hutan tetap lestari dan lebah-lebah segera kembali bersarang sehingga panen madu dapat kembali dilakukan ya..
Vina kira apis ini nama orang -_- mau kak madunya tapi vina ndamau kalau dimadu. Cemana tu kak :3
Wah aku baru tahu ada madu sialang ini. Komoditas lokal seperti ini wajib dilestarikan sih. Bisa aja jadi produk lokal yang bisa dijadikan pendapatan bagi warga setempat. Duh jadi pgn ke Riau. Padahal pakde ku ada di Riau. Tapi sampe skrg juga belum pernah ke sana.
Ternyata untuk mendapatkan madu dari alam, tantangannya segitu luar biasa ya Kak. Respek banget sama para pengunduh madu disana
Pasti jadi pengalaman yang luar biasa ya kak di perjalanan ini karena begitu banyak hal yg ditemui. Aku jadi tau ternyata pohon Sialang sebesar ini
Seru sekali bisa melihat langsung panen madu di hutan.. Semoga keberadaan Sialang tetep lestari ya.. Biar saya pun bisa menikmatinya…
Seru juga ya bisa panen madu langsung dari alam, madu asli nih bermanfaat banget buat kesehatan. Penduduk disana ramah juga ya.
Ya Allah~
Senang sekali melihat lebah dan hutan. Melihat semua hasil alam yang bisa kita manfaatkan, ini sungguh berkah yang tak terkira.
Semoga dengan mengambil semua kebaikannya secara alami, alam masih tetap bisa memproduksi.
Madu sialang bagus juga ya selain buat kesehatan juga bisa buat kecantikan, bahan2 alami memang terbukti aman untuk digunakan, sekaligus kita juga berkontribusi menjaga lingkungan yaa