Green Canyon dari Kampar Hulu

Penatnya rutinitas kerja serta berbagai macam hal terkait kesibukan lainnya tentu saja bikin mood cepat sekali ngedropnya. Yang tugas belum kelar lah, yang rapat ini itu lah. Apalagi setelah makin padat dan ramainya kota Pekanbaru beberapa tahun belakangan.
Macet bukan lagi kosakata umum di Jakarta sana. Tapi anak SMA di Pekanbaru udah bisa pakai istilah “Aduh, sorry kejebak macet nih” Sebagai opsi alasan ketika datang telat kesebuah janji temu.
Jadi ya itu, setelah membuat janji dengan beberapa teman yang punya tingkat kejenuhan yang sama dengan alasan berbeda akhirnya sepakatlah untuk mencoba sebuah paket wisata menjelajahi Sungai Batang Kopu.
Setelah searching dan bertanya kemana-mana akhirnya terkumpullah data yang cukup untuk meyakinkan teman-temanku itu bahwa perjalanan ini ga bakal mengecewakan.

Set waktu ketemuan udah. Akhirnya meluncurlah kami ke arah Candi Muara Takus. Berbekal petunjuk serta tanya sana sini, akhirnya sampailah kami di Rumah Makan Mandi Angin yang terletak di Desa Tanjung, Kecamatan Kampar Hulu, Kampar – Riau.
Jalan yang cukup panjang dengan beberapa rute yang kurang mulus akhirnya terlupakan dengan pemandangan indah yang disuguhkan oleh Sungai Batang Kopu. Pak Hendri yang mengelola paket wisata tersebut dengan ramah menyambut kami serta mempersiapkan berbagai perlengkapan yang kami butuhkan selama menyusuri sungai.
Pilihan makan siang kami putuskan untuk dibungkus saja karena akan disantap di tepi sungai ketika diperjalanan. Tentunya kami tak ingin melewatkan sedikitpun keindahan yang siap kami telusuri hari itu.
Akhirnya setelah menunggu beberapa menit perahu pun dinyalakan. Satu persatu kami menaiki perahu dengan perasaan senang dan bahagia (kaya lagu pengantar anak TK).
Berangkaaaaattttt!!!
Green Canyon? Iyap, this is totally Green Canyon from Kampar Hulu Riau. Sepanjang perjalanan tak lepas ber ‘whooooaaaaa’ ‘waaaauuuu’ ‘keereeeeennnnn’ Hingga berpuisi ala-ala Anggo.
Green. All green. Green and green! Kiri, kanan, depan kecuali belakang soalnya dibelakang ku didominasi warna oranye khas pelampung safety yang dipake teman-temanku.
Pemandangan yang ga mungkin bisa kami dapatkan di Pekanbaru. Karena itu aku berfikir untuk mengajak teman-teman sekampung komunitas untuk jalan-jalan kesini juga nantinya. Apa lagi Pak Hendri juga menawarkan satu spot lain yang tak kalah mempesona. Yaitu spot sumber air panas. Hmmm jadi ga sabaran. Tapi kita skip dulu air panasnya. Karena sungai Batang kopu sendiri belum puas kami telusuri keindahannya.
Ditengah-tengah perjalanan kita nantinya juga akan disuguhi dengan indahnya air terjun batu hidung. Hidung? Iyap hidung. Kenapa dinamakan demikian yaaaaa karena ada seonggok batu yang mencuat layaknya hidung orang-orang india yang mancung di tengah-tengahnya.
Tuh, karena waktu itu debit air sedang minim jadilah air terjunnya juga rada kering. Kelihatan tidak hidungnya? Itu tuuh ituu yang menonjol mancung sendiri.
Dan ada beberapa air terjun lainnya.
Perjalanan kami sih tidak memakan waktu lama. Karena pemandangannya juga begitu mempesona disepanjang perjalanan. Jadinya kami yang emang rata-rata makhluk kota ini terlihat sangat kampungan bagi warga sana. ??? Tentu saja dengan segala macam excitements sampai berbagai ekspresi kegirangan bisa menceburkan diri disungai yang jernih itu kaya kecebong.
Puas ber ‘whoooaaaaa’ dan menggalau ala wike, serta berpuisi ala anggo, hingga nyebong ala Hairil Habibi. Pun dengan menikmati santap siang ditepi sungai yang paaaasss bersebelahan dengan air terjun dengan nasi bungkus. Kami pun pulang. Yap saatnya kembali ke kenyataan.
Tapi, kami siap kembali dengan pasukan katak *eh sekomunitas yang lebih seru lagi. Karena, dengan ini kami punya pilihan lain untuk menghabiskan liburan di Riau yang ternyata memiliki banyak destinasi menarik namun masih tersembunyi.
Okeeeyyy siap-siaaaap. Besok Kerjaaaaa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *