Assalamu’alaikum adalah pengawal sapa
Maka siapa yang tak mengenal Raja Ali Haji beserta karya-karya besarnya
Gurindam Dua Belas dan maknanya
Adalah tuturan sederhana bermakna mega.
Adat resam melayu mengajarkan sikap yang jujur dalam bertindak secara turun temurun. Hal tersebut dapat kita lihat dalam sebuah karya sastra lama oleh seorang sastrawan besar bernama Raja Ali Haji pada tahun 1847. Begitu pentingnya sebuah kejujuran hingga tak hanya Raja Ali Haji, H. Tenas Effendi pun menyebutnya dalam karya beliau yaitu Tunjuk Ajar Melayu.
Saya sengaja menuliskan dua buah karya yang mahsyur tersebut untuk menandingi pernyataan bahwa korupsi merupakan budaya yang juga sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia jauh sejak zaman kerajaan-kerajaan melalui venality of power dimana kedudukan diperjual belikan kepada orang atau kelompok yang mampu membayar untuk kemudian mereka diberi kedudukan yang berhak melakukan pemungutan pajak yang tanpa kontrol hukum sehingga penyimpangan yang terjadi (abuse of power) sulit diperbaiki karena lemahnya kontrol pemerintah/kerajaan serta pendiaman oleh masyarakat (Ongokham (1983)).
Benar bahwa korupsi serta prakteknya telah ada sejak lama, tapi membiarkan doktrin tersebut terus hidup adalah kesalahan. Karena dalam praktiknya juga tidak sedikit sejarah yang mengukir teladan orang-orang yang konsisten hidup dalam kejujuran seperti Moh. Hatta salah satunya.
Selain komitmen pemerintah dalam memberantas praktik korupsi, juga dibutuhkan keselarasan pemahaman antara pemerintah dan masyarakat dalam hal tersebut. Karena dengan adanya dukungan masyarakat pula lah setiap kebijakan yang diambil dalam memberantas korupsi ini dapat berjalan dengan lancar dan berimbang.
Dari beberapa contoh negara yang berhasil meminimalisir praktik korupsi bisa dilihat bahwa konsistensi pemimpinnya lah yang menjadikan masyarakat percaya serta mendukung kebijakan-kebijakan yang ada. Di Indonesia sendiri ada beberapa nama pemimpin daerah yang telah menunjukkan konsistensi tersebut. Dan bisa dilihat juga dukungan dari masyarakatnya seperti apa. Karena bangga nya warga Surabaya terhadap Bu Risma serta dukungan warga Bandung terhadap Kang Emil bisa kita lihat dengan mudah berseliweran di jagad maya.
Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka (Wikipedia)
Jelas bahwa korupsi adalah sebuah perilaku yang merupakan manifestasi dari lingkungan hidupnya selama berwaktu-waktu sebelumnya. Sehingga ketegasan dari pemimpin untuk menciptakan lingkungan pemerintahan yang jauh dari praktik korupsi sangat dibutuhkan. Contohnya dengan mempemudah proses-proses pengurusan dokumen yang dibutuhkan masyarakat. Mempersingkat birokrasi yang berlebihan serta dengan tegas menindak petugas atau masyarakat yang melakukan praktik korupsi.
Kembali lagi ke Gurindam Dua Belas, dan hubungannya dengan pencegahan korupsi. Gurindam Dua Belas pada esensinya bukan sekedar karya sastra lama yang berakhir dalam makalah tugas anak-anak pendidikan sastra. Gurindam ini membahas persoalan akidah dan tasawuf, syariat islam, rukun islam, budi pekerti atau akhlak, serta konsep pemerintahan.
Berikut saya tampilkan bait-bait dalam Gurindam Dua Belas yang dengan jelas mencegah praktik korupsi.
Gurindam Dua Belas Fasal 3 bait ke 4
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
Dari segala berat dan ringan
- Bait diatas bermakna agar kita menjaga tangan supaya kita tidak mengambil segala sesuatu yang bukan hak kita
Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan
Bukannya manusia ia itulah setan
- Bait diatas bermakna bahwa setan senang melakukan pekerjaan yang tidak baik, maka jika ada manusia yang tetap mengerjakan suatu hal yang tidak baik maka sama halnya dengan setan.
Kejahatan seorang perempuan tua
Itulah iblis punya penggawa
- Bait ini bermakna selayaknya perempuan tua yang seharusnya semakin mendekatkan diri kepada tuhan namun tetap berbuat kejahatan maka hal tersebut diibaratkan seperti pemimpin iblis. Maka sebagai manusia yang baik kita sebaiknya tidak melakukan kejahatan dan semakin sadar apabila kita telah semakin dewasa.
Kepada segala hamba-hamba raja
Di situlah setan tempatnya manja
- Kutipan tersebut menunjukkan bahwa hamba-hamba yang tunduk kepada raja dengan niatan agar memperoleh sebagian kekayaan raja sehingga dari situlah setan menggoda. Sifat malas yang menggantungkan harapan ke keyaan pemimpin tersebutlah yang menjadikan setan mudah menggoda.
Hendak jadi kepala
Buang perangai cela
- Bait tersebut bermakna jika ingin menjadi pemimpin hendaklah membuang perbuatan-perbuatan yang tercela. Karena hal tersebut dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Hendak memegang amanat
Buang khianat
- Bait tersebut bermakna jika kemudian menjadi pemimpin ataupun akhirnya mengemban sebuah amanat, maka kita harus membuang sifat hianat ataupun ingkar janji.
Raja mufakat dengan menteri
Seperti kebun berpagar duri
- Bait tersebut bermakna apabila pemimpin dan menteri nya saling mendukung sehingga dapat memberikan rasa aman dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakatnya.
Hukum adil atas rakyat
Tanda raja boleh inayat
- Bait tersebut bermakna bahwa hukuman yang diberikan pemimpin terhadap rakyatnya haruslah adil baik kalangan rendah maupun kalangan tinggi karena pertolongan dari raja ataupun pemimpin selayaknya pertolongan dari tuhan untuk umatnya.
Jelas bahwa nasihat yang terkandung di setiap bait Gurindam Dua Belas di atas tidak hanya ditujukan kepada raja atau pemimpin saja. Tapi dimulai dari menjaga tangan kita sendiri dari perkara yang berat maupun ringan. Dan dilanjutkan dengan ketika kita beranjak dewasa agar selalu menghindari perbuatan yang sia-sia hingga akhirnya bagaimana jika dipercaya menjadi seorang pemimpin. Karena ketika kita berada di posisi kepemimpinan akan ada banyak sekali godaan yang datang untuk memperkaya diri sendiri.
Sama halnya sebuah proses. Masuknya perilaku korupsi bukan terjadi begitu saja. Maka untuk mencegahnya pun harus dimulai dari proses diri sendiri untuk senantiasa bersikap jujur dan menghindari perbuatan yang mengarah ke praktik korupsi.
Maka, sebagai sebuah wilayah dimana tunjuk ajar melayu dan gurindam dua belas tumbuh dan berkembang serta sebagai tuan rumah Hari Anti Korupsi Internasional tahun 2016 ini Ayo Riau Bergerak Untuk Indonesia Tangguh. Jangan abaikan nasihat yang terkandung dalam Gurindam Dua Belas dan Ayo cegah korupsi!.
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Hari Anti Korupsi Internasional yang diselenggarakan KPK dan Blogger Bertuah Pekanbaru.
Sumber tulisan:
– Budaya Korupsi dan Korupsi Budaya Oleh Dr. Uhar Suharsaputra, M. Pd
– Makalah “Makna Gurindam Dua Belas Karya Raja Ali Haji” Universitas Negri Malang
– Gurindam 12 from butang-emas.net
ADUH..GURINDAM 12
inget dulu pernah dipelajari pas duduk kelas 1 smp… tulisannya arab melayu kan yah..
Iya mbak, tapi untuk sekarang sudah pakai huruf biasa, jadi lebih gampang bacanya